Sunday, September 15, 2013

KARYA TULIS ILMIAH



PEDOMAN PENYUSUNAN KARYA ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH

Sebelum masuk pada cara atau tehnik menulis dan menyusun karya tulis ilmiah, terlebih dahulu perlu dipahami tentang definisi dari pada karya tulis ilmiah.

A.     Karya Tulis Ilmiah Adalah : Modifikasi realita pendidikan agama, social maupun budaya menjadi data kegiatan penulisan, tersusun menjadi bagian – bagian yang sistematis dan tersaji dalam bahasa dimana kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf diatur sesuai langkah – langkah yang umum disepakati dalam penyajian sesuatu ilmu pengetahuan.

Dengan kata lain karya tulis ilmiah adalah kegiatan penuangan data lapangan atau gagasan pemikiran kedalam bentuk karangan dengan mengikuti aturan atau metode ilmu pengetahuan. Sehingga menghasilkan informasi ilmiah yang dapat didiskusikan dan disebarluaskan kepada masyarakat pendidikan serta didokumentasikan di perpustakaan sekolah.
Suatu karya tulis, baru dapat disebut karya tulis ilmiah apabila sedikitnya memenuhi tiga syarat, yaitu :
1.      Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.
2.      Langkah-langkah kegiatannya dijiwai atau menggunakan metode berfikir ilmiah.
3.      Sosok tampilannya sesuai dan telah mempunyai persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.
Perlu diketahui tentang perbedaan antara pengetahuan (knowledge) dengan pengetahuan ilmiah “ilmu” (science).
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang kita ketahui, mulai dari pengetahuan tentang unsur-unsur alam nyata dan alam nirnyata, baik melalui cerita dari orang lain, kita amati sendiri, penelitian orang lain secara ilmiah.
Sementara ilmu adalah merupakan bagian dari pengetahuan yang mempunyai ciri khusus. Ilmu diantaranya diperoleh melalui penelitian yang dilakukan melalui metode spesifik yang umum disebut sebagai metode berfikir keilmuan. Metode berfikir keilmuan merupakan cara berfikir yang menggabungkan cara berfikir dari yang umum kepada yang khusus (deduktif) dan dari yang khusus kepada yang umum (induktif).
Proses kerja ilmiah dicirikan dengan digunakannya metode keilmuan yang ditandai dengan adanya :
1.      Argumentasi teori yang benar, shahih dan relevan.
2.      Digunakan fakta empirik.
3.      Analis kajian mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empiric terhadap permasalahan yang dikaji.
Karena itulah terdapat tiga macam kegiatan ilmiah dasar yaitu : Penelitian (research), Pengembangan (development), dan Evaluasi (evaluation). Dari ketiga hal ini kita dapat mengembangkan karya tulis ilmiah.

B.      Tekhnis Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang perlu diperhatikan adalah teknik-teknik : Penggunaan bahasa, tata cara penulisan, pengetikan format laporan, penulisan judul, penyajian gambar dan tabel, pencantuman kutipan, pembuatan catatan kaki, penataan daftar kepustakaan, perbedaan penulisan catatan kaki dan daftar kepustakaan.

1.      Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran menjadi kalimat yang benar dan baik dalam karya tulis ilmiah di tanah air ini adalah Indonesia. Karena itu perlu memahami bahasa Indonesia.

Mesti dicermati sebuah kalimat dalam tulisan sehingga member pengertian yang utuh, kait mengait dengan kalimat lain sampai membentuk paragraf. Paragraf yang terdiri dari beberapa kalimat, merupakan satuan terkecil dari sebuah karangan. Membangun satuan pikiran sebagai bagian dari keseluruhan pesan yang disampaikan oleh Penulis dalam karangannya dalam bentuk bagian demi bagian atau bab demi bab. Penulis ilmiah yang baik adalah perangkai paragraf demi paragraf dengan baik dalam setiap bagian atau bab.

Paragraf yang baik didahului penataan kalimat yang baik. Kalimat disusun dari deretan kata sesuai aturan dan kaidah bahasa. Selain kalimat memiliki pokok bahasan, yang disebut pokok kalimat ( subjek ), bagian kalimat lainnya memberikan pokok bahasan yang dinamakan sebutan ( predikat ). Pada karangan ilmiah harus digunakan kalimat yang lengkap. Setidak-tidaknya memiliki kedua unsur kalimat tersebut.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan berdasarkan Kepmen P dan K Nomor 0543/a/U/1997, menjadi pedoman yang sebaiknya digunakan dalam penulisan karya ilmiah dalam bahasa Indonesia sepanjang masih berlaku. Pedoman tersebut secara rinci menjelaskan tata cara pemenggalan kata, pemakaian huruf capital dan huruf miring, penulisan kata, ejaan dan peristilahan. Setidak-tidaknya pedoman tersebut dipunyai dan selalu dipakai oleh seseorang dalam menulis karya ilmiah yang disajikan dalam bahasa Indonesia.

2.      Tata Cara Penulisan
Penilaian karya tulis ilmiah, disamping memperhatikan isi materi yang disajikan, juga pada tampilan atau wujud fisik karya tulis tersebut. Tampilan fisik tersebut  meliputi format, kerapian dan kesesuaian penyajian dengan aturan penulisan ilmiah yang berlaku.

Ada beberapa variasi dalam wujud fisik penyajian karya tulis ilmiah. Namun pada prinsipnya satu sama lain tidak jauh berbeda. Yang penting dipegangnya prinsip konsistensinya terhadap aturan yang dipakai.

3.      Pengetikan Format Laporan
Umumnya laporan penelitian karya tulis ilmiah, dituliskan diatas kertas warna putih jenis HVS 80 gram atau 70 gram, ukuran lebar 21,5 cm x panjang 38 cm (sering disebut ukuran kertas kuarto). Pengetikan dengan jenis huruf tertentu (umumnya jenis Pica) yang dilakukan hanya pada satu sisi kertas, tidak timbal balik.

Pada bagian pengantar tulisan, yang terdiri kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan abstrak, diberi nomor halaman dengan angka romawi kecil (i,ii,iii, ….. dst).

Selanjutnya mulai dari pendahuluan (Bagian Pertama atau Bab I) sampai halaman terakhir dengan angka (1,2,3 dst). Nomor halaman dituliskan di tengah atau di sudut kanan atas halaman.

Pada halaman yang mempunyai judul bab dimana judul babnya dimulai dengan halaman tersendiri berpisah dari uraian bab sebelumnya, nomor halaman diletakkan pada bagian bawah halaman adalah 1,5 cm. bagi nomor halaman yang diletakkan di kanan bawah margin teks, nomor diletakkan lurus dengan batas ketikan tepi kanan 1,5 cm.

Batas-batas pengetikan pada kertas ialah : Dari tepi kiri 4 cm; Dari tepi kanan 3 cm; Dari batas atas 4 cm; sedangkan dari tepi bawah 3 cm. jarak antara baris teks adalah 1,5 spasi atau 2 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul daftar label, daftar gambar, dan daftar kepustakaan menggunakan 1 spasi.

 
4.      Penulisan Judul
Terdapat keragaman dalam tata cara penulisan judul. Hal terbaik yang dapat dilakukan penulis adalah penyesuaian dengan pedoman penulisan yang telah ditetapkan oleh instansi pemberi tugas (bila ada). Bila tidak pedoman ini bisa dipakai sebagai pegangan.

Judul bab ditulis dengan huruf besar (kapital), ditebalkan dan diatur sedemikian rupa hingga letaknya simetris ditengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dengan tanda kurung, tanda kutip, garis bawah, dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik.

Semua kata pada kalimat Judul Sub Bab dimulai dengan huruf besar (kapital). Kecuali kata penghubung dan kata depan dan semuanya diberi garis bawah (dengan menggunakan computer, pemakaian garis bawah digantikan dengan penebalan huruf pada pengetikan). Kalimat sub judul tidak diakhiri dengan tanda titik.
Terdapat dua pendapat dalam penempatan sub judul, yakni dituliskan simetris ditengah halaman atau dituliskan rata kiri setelah nomor urut sub judul.

Judul sub-sub bab diketik rata kiri setelah nomor sub judul. Kalimat dimulai huruf besar (hanya awal kalimat saja yang huruf besar, yang lainnya huruf kecil), diberi garis bawah atau ditebalkan, serta diakhiri dengan titik. Kalimat pertama setelah judul, sub judul, maupun sub-sub judul dimulai dengan alinea baru.


5.      Penyajian gambar dan tabel
Tulisan ilmiah umumnya dilengkapi dengan gambar, tabel, rumus-rumus atau persamaan-persamaan yang diletakkan simetris terhadap tepi kiri dan kanan kertas. Setiap tabel dan gambar harus diberi nomer urut bab judul. Nomor urut menggunakan angka dua arab yang dipisahkan oleh tanda titik-titik. Angka pertama menunjukan pada bab berapa tabel dan gambar itu berada. Sedangkan angka kedua  menunjukan pada nomor urut atau gambar tersebut di bab yang bersangkutan. Misalnya : Gambar 2.1 artinya gambar pertama pada bab 2; Tabel 3.4 artinya tabel ke empat ada di bab 3. Nomor persamaan yang berbentuk matematis, ditulis dengan angka arab di dalam kurung dan diletakkan di batas tepi kanan.

Judul tabel ditulis setelah nomor tabel dengan huruf kecil dan ditempatkan simetris di atas tabel tanpa diakhiri dengan titik. Garis atas tabel dibuat rangkap atau tebal, sedangkan garis bawah hanya satu. Jika tabel itu mempunyai catatan (misalnya menyertakan sumber acuan, menjelaskan singkatan yang tidak umum) dituliskan di bawah tabel rata kiri. Untuk menghindari kekeliruan catatan tabel ditandai dengan bintang, asterisk, atau huruf. Hanya catatan untuk judul tabel ditempatkan di tepi bawah halaman.

Usahakan tabel jangan dipenggal. Bila hal itu terjadi, lanjutan tabel yang diletakkan pada halaman berikutnya, nomor tabel dan kata “lanjutan” atau “bersambung” ke halaman berikutnya dituliskan. Di halaman tempat sambungan itu dituliskan sambungan tabel sebelumnya (Contoh : Tabel 3.2 lanjutan). Tabel terdiri dari kolom-kolom yang harus di beri nama dan pembatas yang tegas. Kalau jajaran kolom lebih panjang dari lebar kertas, maka bagian atas tabel sebaiknya diletakkan di sebelah kiri kertas. Sedangkan tabel yang sangat lebar dan panjang sehingga harus dilipat seyogyanya diletakkan dalam lampiran.

Laporan penelitian juga sering dilengkapi dengan sajian gambar : Grafik, peta, foto, daftar alir, skedul dll. Penempatan gambar-gambar diusakan sedekat mungkin dengan uraian dalam teks yang berkitan dengan gambar tersebut. Gambar hendaknya disajikan pada bagian atau pada halaman sesudah uraian teksnya dan jangan sebaliknya.

Setiap gambar harus mempunyai nomor gambar dan diikuti dengan judul gambar yang dibuat sedemikian rupa sehingga simetris terhadap gambar dan diletakkan dibawah gambar (ingatlah : nomor dan judul tabel diletakkan diatas tabel, sedangkan nomor dan judul gambar diletakkan dibawah gambar). Keterangan gambar sebaiknya diletakkan ditempat yang lowong didalam gambar. Gambar yang bentuknya memanjang sepanjang kertas, bagian atas gambar ditempatkan disebelah kiri kertas.


6.      Pencantuman kutipan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah sering kali dipergunakan kutipan-kutipan untuk memperjelas dan menegaskan isi uraian atau untuk membuktikan apa yang dituliskan. Kutipan merupakan pinjaman kalimat atau pendapat orang lain. Cukup banyak hal-hal penting dan yang sudah ditulis dalam buku-buku. Penulis dapat mengutip pendapat tersebut, dengan syarat harus menyebutkan dari mana dan dimana pendapat itu diambil.

Tedapat dua macam kutipan yaitu kutipan lengkap dan kutipan isi. Kutiapan lengkap artinya, teks asli dikutip secara lengkap kata dan kalimatnya. Sedangkan pada kutipan isi, hanya intisari pendapat yang dikutip. Kutipan lengkap harus ditulis dengan tanda kutip. Kutipan yang terlalu panjang, hendaknya diambil yang benar-benar perlu saja.

Kuitpan lengkap yang panjangnya tidak lebih dari empat baris dapat langsung dimasukkan dalam teks dengan diapit dengan tanda kutip. Sedangkan untuk kutipan isi tidak perlu diberi tanda kutip.
Pada akhir kutipan diberi nomor untuk penunjukkan (hal ini dilakukan bila penjelasan kutipan menggunakan catatan kaki seperti terurai dibawah). Terdapat cara penunjukan kutipan yang lain, yakni yang dikenal dengan cara Harvard. Menggunakan cara ini, pada akhir atau awal kutipan dituliskan nama pengarang dan tahun terbitan serta halaman buku acuan. Seringkali nomor yang dikutip juga dituliskan.
Berikut disajikan beberapa contoh : Suhardjono dan Mukidam (1993) menyatakan bahwa “ ……………. “; Dan Julius, 1992 (dalam Amiuza, 1991 : 12) menulis “ ……………“ (Mismail,1984:119).

7.      Pembuatan catatan kaki
Catatan kaki (footnotes) merupakan penjelasan keterangan isi dalam teks karangn yang ditempatkan di kaki halaman. Tujuan penjelasanitu dapat berupa (1) sumber asal kutipan (bila car ini dipakai); (2) keterangan tambahan lain yang perlu tentang isi keterangan; (3) merujuk bagian lain dari teks.

Catatan kaki dimaksudkan untuk memberikan informasi sumber asal kutipan harus menggunakan (1) nama atau nama-nama penulis-penulis sebagai sumber (perhatikan cara penulisan nama yang berbeda dengan cara penulisan nama pada daftar kepustakaan); (2) judul buku / makalah tulisan sumber; (3) penerbit; (4) kota dan tahun terbit, nama penerbit berbeda dengan daftar kepustakaan yang harus menyebut nama penerbit; (5) halaman letak kutipan pada buku sumber.

Aturan penulisan catatan kaki ini berbeda dengan penulisan daftar pustaka yang tidak mencantumkan halaman. Pembatas antara masing – masing informasi menggunakan tanda koma dan tanda kurung (bedakan dengan daftar pustaka yang menandai tanda titik). Sumber kutipan dapat diperoleh dari buku, majalah, surat kabar, wawancara, peraturan, atau mengutip dari kutipan.

Penulisan catatan kaki adalah sebagai berikut : (1) harus diberikan nomor penunjukan terhadap teks yang dijelaskan; (2) diletakkan dibawah garis (sepanjang 15 ketikan) yang berada 3 spasi dibawah teks bagian bawah; (30 masuk 5-7 ketikan dari sembir kiri; (4) menggunakan 1 spasi; (5) jarak antara dua catatan kaki, sebanyak 2 spasi.

Catatan kaki umumnya disingkat dengan kata singkatan bahasa latin, seperti : ibid, op. cit dan loc. Cit. ibid (singkatan dari ibidem) artinya pada tempat yang sama dan halaman yang berbeda serta belum diantarai sumber lain. Singkatn ini dipakai bila catatan kaki yang berikut menunjuk kepada sumber  yang telah disebut pada catatan sebelumnya. Op. cit (singkatan dari opere citato) berarti pada karya yang telah dikutip dan halamannya berbeda, dipakai bila catatan kaki itu menunjuk pada sumber yang telah disebut lebih dahulu, tetapi telah diselingi oleh catatan kaki yang lain. Sedangkan loc. cit (dari loco citato) artinya pada tempat yang telah dikutip di halaman yang sama dan telah di antarai atau tiddak diantarai oleh sumber lain.

Pedoman penyajian catatan kaki seringkali berbeda dari satu kepustakaan dengan yang lain. Sangat bijaksana untuk mengikuti pedoman dari pemberi tugas (bila ada). Bila tidak ada yang penting adalah ketaat-asasan (konsistensi) dalam tata cara penulisan. Artinya dalam satu karangan gunakan satu pedoman tata cara penulisan tertentu atau penggabungan yang dapat dipertanggungjawabkan secara aturan dan etika ilmu pengetahuan.


8.      Penulisan daftar kepustakaan
Daftar kepustakaan (bibliography) harus dapat memberikan informasi secara lengkap mengenai nama penulis, judul kepustakaan, keterangan penerbit dan waktu penerbitan. Dalam menuliskannya terdapat beberapa cara yang sedikit berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Secara umum cara penulisan daftar kepustakaan adalah sebagai berikut :
a.      Jarak penulisan dalam suatu sumber daftar kepustakaan dibuat satu spasi, sedangkan antara satu sumber kepustakaan dengan yang lainnya diberi jarak dua spasi;
b.      Huruf pertama rapat sembir kiri, sedang baris berikutnya mundur 5 ketukan dari sembir kiri sehingga ketukan pertama huruf adalah pada ketukan ke 6;
c.       Nama penulis disusun menurut abjad awal nama dan umumnya tidak perlu memberikan nomor urut;
d.      Informasi disajikan sesuai urutan abjad awal nama pengarang, judul kepustakaan, keterangan penerbitan, tempat terbitnya dan waktu terbitan. Antar informasi itu dipisahkan dengan tanda titik.


9.      Penyusunan nama pada daftar kepustakaan
Penyusunan nama pada daftar kepustakaan, seringkali membingungkan. Bila suatu kepustakaan mempunyai dua nama pengarang hendaknya diperhatikan cara penulisan nama pengarang pertama (nama keluarga dituliskan di belakang).

Penulisan nama di daftar kepustakaan tidak perlu dituliskan gelar kesarjanaan atau pangkatnya. Untuk nama Indonesia yang hanya terdiri hanya satu unsure, dituliskan sebagaimana adanya (misalnya : Suhardjono). Namun banyak nama yang terdiri dari dua unsur atau lebih. Untuk nama yang diikuti dengan nama ayah (Budiono Ismail), nama keluarga (Mohammad Farid Baradja), atau marga (Muchtar Lubis), maka nama ayah, nama keluarga, nama marga dituliskan terlebih dahulu dan disusul dengan unsure nama berikutnya setelah tanda koma.

Saat ini makin sering juga dijumpai nama Indonesia yang terdiri dari dua unsure atau lebih yang bukan merupakan gabungan nama ayah, keluarga atau marga misalnya : Riyanto Hariwibowo, Dwi Anita Rukmanasari, Sri Mulyani. Menulisknnya dilakukan dengan unsure nama terakhir diletakkan di depan, jadi dituliskan sebagai berikut: Hariwibowo, Riyanto, Rukmanasari. Dwi Anita, Mulyani Sri.

Bila nama diikuti dengan gelar (Raden Udiyanto, Andi Adam) atau nama panggilan (Like Wilardjo) maka nama diri dituliskan terlebih dahulu dari gelarnya atau panggilannya (Udiyanto, Raden; Adam, Andi; Wilardjo, Like).

Namun bila nama tersebut merupakan gabungan dari gelar, nam dan nama keluarga dilakukan terlebih dahulu (Nasution, Andi Hakim). Penulisan nama Bali (I Gusti Ngurah Adipa), dimulai dengan nama diri dan baru disusul unsur nama yang lain (Adipa, I gusti Ngurah). Namun bila masih ada nama keluarga dibelakangnya (I Wayan Wija Pagehgiri) dituliskan dengan menempatkan nama keluarga didepan (Pagehgiri, I Wayan Wija).

Bila kepustakaan yang dirujuk tidak menunjukkan nama penulisnya, dituiskan sebagai pengganti nama kata “anonim”.

Secara umum, cara penulisan informasi tentang judul kepustakaan, keterangan penerbit, dan waktu penerbitan sama dengan aturan pada penulisan catatan kaki. Baik pada catatan kaki maupun daftar kepustakaan, nama judul sumber digarisbawahi atau dimiringkan.


10.  Perbedaan penulisan catatan kaki dan daftar kepustakaan
a.      Pada catatan kaki nama diri ditulis terlebih dahulu (contoh: Budiono Mismail; J.E. Wert; Bambang Handoyo; dan Stephen Kakisina). Sedangkan pada daftar pustaka, nama keluarga, marga, ayah, ditulis terlebih dahulu (contoh: Mismail, Budiono; Wert. J.E.; Handoyo, Bambang dan Kakisina, Stephen).

b.      Pada catatan kaki antar informasi dipisahkan oleh tanda koma (contoh : Sri Harto, Hidrologi Terapan, Badan Penerbit UGM, Yogyakarta, 1983, hal. 42). Sedangkan pada daftar kepustakaan dipisahkan oleh tanda titik (contoh: Harto, Sri. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Badan Penerbit UGM, 1983).


c.       Pada daftar kepustakaan perlu mencantumkan nama penerbitnya, misalnya: Gramedia; Mc. Graw Hill Company; Badan Penerbit UGM; dll. Sedangkan pada catatan kaki tidak terlalu diperlukan dan kalau dicantumkan juga tidak salah.

d.      Pada daftar kepustakaan tidak perlu menuliskan halaman tempat dimana kutipan tersebut diambil, sementara pada kutipan dalam teks atau catatan kaki itu perlu.


e.      Urutan penulisan daftar kepustakaan mempunyai beberapa variasi, misalnya ada yang menempatkan tahun terbitan setelah nama penerbit, dan beragam variasi lain. Untuk kita pedomani saja contoh yang ada pada artikel panduan pedoman ini.
Demikianlah sejumlah teknik penulisan karya tulis ilmiah untuk pegangan dasar dalam memulai pembuatan rancangan penelitian, pengembangan, evaluasi serta pelaporannya, pembuatan makalah, artikel, naskah media elektronik, pembuatan buku, modul, diktat, terjemahan, saduran dll.
Semoga Bermanfaat...

Sumber:
Diambil dari Buku Pengembangan Profesional Dan Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. Terbitan Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. JAKARTA 2001.