PEDOMAN PENYUSUNAN KARYA ILMIAH
KARYA
TULIS ILMIAH
Sebelum masuk pada cara atau tehnik menulis dan menyusun
karya tulis ilmiah, terlebih dahulu perlu dipahami tentang definisi dari pada
karya tulis ilmiah.
A. Karya Tulis
Ilmiah Adalah :
Modifikasi realita pendidikan agama, social maupun budaya menjadi data kegiatan
penulisan, tersusun menjadi bagian – bagian yang sistematis dan tersaji dalam
bahasa dimana kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf
diatur sesuai langkah – langkah yang umum disepakati dalam penyajian sesuatu
ilmu pengetahuan.
Dengan kata lain karya tulis ilmiah
adalah kegiatan penuangan data lapangan atau gagasan pemikiran kedalam bentuk
karangan dengan mengikuti aturan atau metode ilmu pengetahuan. Sehingga
menghasilkan informasi ilmiah yang dapat didiskusikan dan disebarluaskan kepada
masyarakat pendidikan serta didokumentasikan di perpustakaan sekolah.
Suatu karya tulis, baru dapat disebut
karya tulis ilmiah apabila sedikitnya memenuhi tiga syarat, yaitu :
1.
Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.
2.
Langkah-langkah kegiatannya dijiwai atau menggunakan
metode berfikir ilmiah.
3.
Sosok tampilannya sesuai dan telah mempunyai
persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.
Perlu diketahui tentang perbedaan
antara pengetahuan (knowledge) dengan pengetahuan ilmiah “ilmu” (science).
Pengetahuan adalah segala sesuatu
yang kita ketahui, mulai dari pengetahuan tentang unsur-unsur alam nyata dan
alam nirnyata, baik melalui cerita dari orang lain, kita amati sendiri,
penelitian orang lain secara ilmiah.
Sementara ilmu adalah merupakan
bagian dari pengetahuan yang mempunyai ciri khusus. Ilmu diantaranya diperoleh
melalui penelitian yang dilakukan melalui metode spesifik yang umum disebut
sebagai metode berfikir keilmuan. Metode berfikir keilmuan merupakan cara
berfikir yang menggabungkan cara berfikir dari yang umum kepada yang khusus
(deduktif) dan dari yang khusus kepada yang umum (induktif).
Proses kerja ilmiah dicirikan dengan
digunakannya metode keilmuan yang ditandai dengan adanya :
1.
Argumentasi teori yang benar, shahih dan relevan.
2.
Digunakan fakta empirik.
3.
Analis kajian mempertautkan antara argumentasi
teoritik dengan fakta empiric terhadap permasalahan yang dikaji.
Karena itulah terdapat tiga macam
kegiatan ilmiah dasar yaitu : Penelitian (research), Pengembangan
(development), dan Evaluasi (evaluation). Dari ketiga hal ini kita dapat
mengembangkan karya tulis ilmiah.
B. Tekhnis
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Dalam
penyusunan karya tulis ilmiah yang perlu diperhatikan adalah teknik-teknik :
Penggunaan bahasa, tata cara penulisan, pengetikan format laporan, penulisan
judul, penyajian gambar dan tabel, pencantuman kutipan, pembuatan catatan kaki,
penataan daftar kepustakaan, perbedaan penulisan catatan kaki dan daftar
kepustakaan.
1.
Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan untuk
mengungkapkan pikiran menjadi kalimat yang benar dan baik dalam karya tulis
ilmiah di tanah air ini adalah Indonesia. Karena itu perlu memahami bahasa
Indonesia.
Mesti dicermati sebuah kalimat dalam
tulisan sehingga member pengertian yang utuh, kait mengait dengan kalimat lain
sampai membentuk paragraf. Paragraf yang terdiri dari beberapa kalimat,
merupakan satuan terkecil dari sebuah karangan. Membangun satuan pikiran
sebagai bagian dari keseluruhan pesan yang disampaikan oleh Penulis dalam
karangannya dalam bentuk bagian demi bagian atau bab demi bab. Penulis ilmiah
yang baik adalah perangkai paragraf demi paragraf dengan baik dalam setiap
bagian atau bab.
Paragraf yang baik didahului penataan
kalimat yang baik. Kalimat disusun dari deretan kata sesuai aturan dan kaidah
bahasa. Selain kalimat memiliki pokok bahasan, yang disebut pokok kalimat (
subjek ), bagian kalimat lainnya memberikan pokok bahasan yang dinamakan
sebutan ( predikat ). Pada karangan ilmiah harus digunakan kalimat yang lengkap.
Setidak-tidaknya memiliki kedua unsur kalimat tersebut.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang disempurnakan berdasarkan Kepmen P dan K Nomor 0543/a/U/1997, menjadi pedoman
yang sebaiknya digunakan dalam penulisan karya ilmiah dalam bahasa Indonesia
sepanjang masih berlaku. Pedoman tersebut secara rinci menjelaskan tata cara
pemenggalan kata, pemakaian huruf capital dan huruf miring, penulisan kata,
ejaan dan peristilahan. Setidak-tidaknya pedoman tersebut dipunyai dan selalu
dipakai oleh seseorang dalam menulis karya ilmiah yang disajikan dalam bahasa
Indonesia.
2.
Tata Cara Penulisan
Penilaian karya tulis ilmiah,
disamping memperhatikan isi materi yang disajikan, juga pada tampilan atau
wujud fisik karya tulis tersebut. Tampilan fisik tersebut meliputi format, kerapian dan kesesuaian
penyajian dengan aturan penulisan ilmiah yang berlaku.
Ada beberapa variasi dalam wujud
fisik penyajian karya tulis ilmiah. Namun pada prinsipnya satu sama lain tidak
jauh berbeda. Yang penting dipegangnya prinsip konsistensinya terhadap aturan
yang dipakai.
3.
Pengetikan Format Laporan
Umumnya laporan penelitian karya
tulis ilmiah, dituliskan diatas kertas warna putih jenis HVS 80 gram atau 70
gram, ukuran lebar 21,5 cm x panjang 38 cm (sering disebut ukuran kertas
kuarto). Pengetikan dengan jenis huruf tertentu (umumnya jenis Pica) yang
dilakukan hanya pada satu sisi kertas, tidak timbal balik.
Pada bagian pengantar tulisan, yang
terdiri kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan abstrak,
diberi nomor halaman dengan angka romawi kecil (i,ii,iii, ….. dst).
Selanjutnya mulai dari pendahuluan
(Bagian Pertama atau Bab I) sampai halaman terakhir dengan angka (1,2,3 dst).
Nomor halaman dituliskan di tengah atau di sudut kanan atas halaman.
Pada halaman yang mempunyai judul bab
dimana judul babnya dimulai dengan halaman tersendiri berpisah dari uraian bab
sebelumnya, nomor halaman diletakkan pada bagian bawah halaman adalah 1,5 cm.
bagi nomor halaman yang diletakkan di kanan bawah margin teks, nomor diletakkan
lurus dengan batas ketikan tepi kanan 1,5 cm.
Batas-batas pengetikan pada kertas
ialah : Dari tepi kiri 4 cm; Dari tepi kanan 3 cm; Dari batas atas 4 cm;
sedangkan dari tepi bawah 3 cm. jarak antara baris teks adalah 1,5 spasi atau 2
spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul daftar label, daftar gambar, dan
daftar kepustakaan menggunakan 1 spasi.
4.
Penulisan Judul
Terdapat keragaman dalam tata cara
penulisan judul. Hal terbaik yang dapat dilakukan penulis adalah penyesuaian
dengan pedoman penulisan yang telah ditetapkan oleh instansi pemberi tugas (bila
ada). Bila tidak pedoman ini bisa dipakai sebagai pegangan.
Judul bab ditulis dengan huruf besar
(kapital), ditebalkan dan diatur sedemikian rupa hingga letaknya simetris
ditengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Jarak antara judul
dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dengan tanda
kurung, tanda kutip, garis bawah, dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik.
Semua kata pada kalimat Judul Sub Bab
dimulai dengan huruf besar (kapital). Kecuali kata penghubung dan kata depan dan
semuanya diberi garis bawah (dengan menggunakan computer, pemakaian garis bawah
digantikan dengan penebalan huruf pada pengetikan). Kalimat sub judul tidak
diakhiri dengan tanda titik.
Terdapat dua pendapat dalam
penempatan sub judul, yakni dituliskan simetris ditengah halaman atau
dituliskan rata kiri setelah nomor urut sub judul.
Judul sub-sub bab diketik rata kiri
setelah nomor sub judul. Kalimat dimulai huruf besar (hanya awal kalimat saja
yang huruf besar, yang lainnya huruf kecil), diberi garis bawah atau
ditebalkan, serta diakhiri dengan titik. Kalimat pertama setelah judul, sub
judul, maupun sub-sub judul dimulai dengan alinea baru.
5.
Penyajian gambar dan tabel
Tulisan ilmiah umumnya dilengkapi
dengan gambar, tabel, rumus-rumus atau persamaan-persamaan yang diletakkan
simetris terhadap tepi kiri dan kanan kertas. Setiap tabel dan gambar harus
diberi nomer urut bab judul. Nomor urut menggunakan angka dua arab yang
dipisahkan oleh tanda titik-titik. Angka pertama menunjukan pada bab berapa
tabel dan gambar itu berada. Sedangkan angka kedua menunjukan pada nomor urut atau gambar
tersebut di bab yang bersangkutan. Misalnya : Gambar 2.1 artinya gambar pertama
pada bab 2; Tabel 3.4 artinya tabel ke empat ada di bab 3. Nomor persamaan yang
berbentuk matematis, ditulis dengan angka arab di dalam kurung dan diletakkan
di batas tepi kanan.
Judul tabel ditulis setelah nomor
tabel dengan huruf kecil dan ditempatkan simetris di atas tabel tanpa diakhiri
dengan titik. Garis atas tabel dibuat rangkap atau tebal, sedangkan garis bawah
hanya satu. Jika tabel itu mempunyai catatan (misalnya menyertakan sumber
acuan, menjelaskan singkatan yang tidak umum) dituliskan di bawah tabel rata
kiri. Untuk menghindari kekeliruan catatan tabel ditandai dengan bintang, asterisk,
atau huruf. Hanya catatan untuk judul tabel ditempatkan di tepi bawah halaman.
Usahakan tabel jangan dipenggal. Bila
hal itu terjadi, lanjutan tabel yang diletakkan pada halaman berikutnya, nomor
tabel dan kata “lanjutan” atau “bersambung” ke halaman berikutnya dituliskan.
Di halaman tempat sambungan itu dituliskan sambungan tabel sebelumnya (Contoh :
Tabel 3.2 lanjutan). Tabel terdiri dari kolom-kolom yang harus di beri nama dan
pembatas yang tegas. Kalau jajaran kolom lebih panjang dari lebar kertas, maka
bagian atas tabel sebaiknya diletakkan di sebelah kiri kertas. Sedangkan tabel
yang sangat lebar dan panjang sehingga harus dilipat seyogyanya diletakkan
dalam lampiran.
Laporan penelitian juga sering
dilengkapi dengan sajian gambar : Grafik, peta, foto, daftar alir, skedul dll.
Penempatan gambar-gambar diusakan sedekat mungkin dengan uraian dalam teks yang
berkitan dengan gambar tersebut. Gambar hendaknya disajikan pada bagian atau
pada halaman sesudah uraian teksnya dan jangan sebaliknya.
Setiap gambar harus mempunyai nomor
gambar dan diikuti dengan judul gambar yang dibuat sedemikian rupa sehingga
simetris terhadap gambar dan diletakkan dibawah gambar (ingatlah : nomor dan
judul tabel diletakkan diatas tabel, sedangkan nomor dan judul gambar diletakkan
dibawah gambar). Keterangan gambar sebaiknya diletakkan ditempat yang lowong
didalam gambar. Gambar yang bentuknya memanjang sepanjang kertas, bagian atas
gambar ditempatkan disebelah kiri kertas.
6.
Pencantuman kutipan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah
sering kali dipergunakan kutipan-kutipan untuk memperjelas dan menegaskan isi
uraian atau untuk membuktikan apa yang dituliskan. Kutipan merupakan pinjaman
kalimat atau pendapat orang lain. Cukup banyak hal-hal penting dan yang sudah
ditulis dalam buku-buku. Penulis dapat mengutip pendapat tersebut, dengan
syarat harus menyebutkan dari mana dan dimana pendapat itu diambil.
Tedapat dua macam kutipan yaitu
kutipan lengkap dan kutipan isi. Kutiapan lengkap artinya, teks asli dikutip
secara lengkap kata dan kalimatnya. Sedangkan pada kutipan isi, hanya intisari
pendapat yang dikutip. Kutipan lengkap harus ditulis dengan tanda kutip.
Kutipan yang terlalu panjang, hendaknya diambil yang benar-benar perlu saja.
Kuitpan lengkap yang panjangnya tidak
lebih dari empat baris dapat langsung dimasukkan dalam teks dengan diapit
dengan tanda kutip. Sedangkan untuk kutipan isi tidak perlu diberi tanda kutip.
Pada akhir kutipan diberi nomor untuk
penunjukkan (hal ini dilakukan bila penjelasan kutipan menggunakan catatan kaki
seperti terurai dibawah). Terdapat cara penunjukan kutipan yang lain, yakni
yang dikenal dengan cara Harvard. Menggunakan cara ini, pada akhir atau awal
kutipan dituliskan nama pengarang dan tahun terbitan serta halaman buku acuan.
Seringkali nomor yang dikutip juga dituliskan.
Berikut disajikan beberapa contoh :
Suhardjono dan Mukidam (1993) menyatakan bahwa “ ……………. “; Dan Julius, 1992
(dalam Amiuza, 1991 : 12) menulis “ ……………“ (Mismail,1984:119).
7.
Pembuatan catatan kaki
Catatan kaki (footnotes) merupakan
penjelasan keterangan isi dalam teks karangn yang ditempatkan di kaki halaman.
Tujuan penjelasanitu dapat berupa (1) sumber asal kutipan (bila car ini
dipakai); (2) keterangan tambahan lain yang perlu tentang isi keterangan; (3)
merujuk bagian lain dari teks.
Catatan kaki dimaksudkan untuk
memberikan informasi sumber asal kutipan harus menggunakan (1) nama atau
nama-nama penulis-penulis sebagai sumber (perhatikan cara penulisan nama yang
berbeda dengan cara penulisan nama pada daftar kepustakaan); (2) judul buku /
makalah tulisan sumber; (3) penerbit; (4) kota dan tahun terbit, nama penerbit
berbeda dengan daftar kepustakaan yang harus menyebut nama penerbit; (5)
halaman letak kutipan pada buku sumber.
Aturan penulisan catatan kaki ini
berbeda dengan penulisan daftar pustaka yang tidak mencantumkan halaman.
Pembatas antara masing – masing informasi menggunakan tanda koma dan tanda
kurung (bedakan dengan daftar pustaka yang menandai tanda titik). Sumber
kutipan dapat diperoleh dari buku, majalah, surat kabar, wawancara, peraturan,
atau mengutip dari kutipan.
Penulisan catatan kaki adalah sebagai
berikut : (1) harus diberikan nomor penunjukan terhadap teks yang dijelaskan;
(2) diletakkan dibawah garis (sepanjang 15 ketikan) yang berada 3 spasi dibawah
teks bagian bawah; (30 masuk 5-7 ketikan dari sembir kiri; (4) menggunakan 1
spasi; (5) jarak antara dua catatan kaki, sebanyak 2 spasi.
Catatan kaki umumnya disingkat dengan
kata singkatan bahasa latin, seperti : ibid, op. cit dan loc. Cit. ibid
(singkatan dari ibidem) artinya pada tempat yang sama dan halaman yang
berbeda serta belum diantarai sumber lain. Singkatn ini dipakai bila catatan
kaki yang berikut menunjuk kepada sumber
yang telah disebut pada catatan sebelumnya. Op. cit (singkatan dari opere
citato) berarti pada karya yang telah dikutip dan halamannya berbeda,
dipakai bila catatan kaki itu menunjuk pada sumber yang telah disebut lebih
dahulu, tetapi telah diselingi oleh catatan kaki yang lain. Sedangkan loc. cit
(dari loco citato) artinya pada tempat yang telah dikutip di halaman
yang sama dan telah di antarai atau tiddak diantarai oleh sumber lain.
Pedoman penyajian catatan kaki
seringkali berbeda dari satu kepustakaan dengan yang lain. Sangat bijaksana
untuk mengikuti pedoman dari pemberi tugas (bila ada). Bila tidak ada yang
penting adalah ketaat-asasan (konsistensi) dalam tata cara penulisan. Artinya
dalam satu karangan gunakan satu pedoman tata cara penulisan tertentu atau
penggabungan yang dapat dipertanggungjawabkan secara aturan dan etika ilmu
pengetahuan.
8.
Penulisan daftar kepustakaan
Daftar kepustakaan (bibliography)
harus dapat memberikan informasi secara lengkap mengenai nama penulis, judul
kepustakaan, keterangan penerbit dan waktu penerbitan. Dalam menuliskannya
terdapat beberapa cara yang sedikit berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Secara umum cara penulisan daftar
kepustakaan adalah sebagai berikut :
a. Jarak penulisan
dalam suatu sumber daftar kepustakaan dibuat satu spasi, sedangkan antara satu
sumber kepustakaan dengan yang lainnya diberi jarak dua spasi;
b. Huruf pertama
rapat sembir kiri, sedang baris berikutnya mundur 5 ketukan dari sembir kiri
sehingga ketukan pertama huruf adalah pada ketukan ke 6;
c. Nama penulis
disusun menurut abjad awal nama dan umumnya tidak perlu memberikan nomor urut;
d. Informasi
disajikan sesuai urutan abjad awal nama pengarang, judul kepustakaan,
keterangan penerbitan, tempat terbitnya dan waktu terbitan. Antar informasi itu
dipisahkan dengan tanda titik.
9.
Penyusunan nama pada daftar
kepustakaan
Penyusunan nama pada daftar
kepustakaan, seringkali membingungkan. Bila suatu kepustakaan mempunyai dua
nama pengarang hendaknya diperhatikan cara penulisan nama pengarang pertama
(nama keluarga dituliskan di belakang).
Penulisan nama di daftar kepustakaan
tidak perlu dituliskan gelar kesarjanaan atau pangkatnya. Untuk nama Indonesia
yang hanya terdiri hanya satu unsure, dituliskan sebagaimana adanya (misalnya :
Suhardjono). Namun banyak nama yang terdiri dari dua unsur atau lebih. Untuk
nama yang diikuti dengan nama ayah (Budiono Ismail), nama keluarga (Mohammad
Farid Baradja), atau marga (Muchtar Lubis), maka nama ayah, nama keluarga, nama
marga dituliskan terlebih dahulu dan disusul dengan unsure nama berikutnya
setelah tanda koma.
Saat ini makin sering juga dijumpai
nama Indonesia yang terdiri dari dua unsure atau lebih yang bukan merupakan
gabungan nama ayah, keluarga atau marga misalnya : Riyanto Hariwibowo, Dwi
Anita Rukmanasari, Sri Mulyani. Menulisknnya dilakukan dengan unsure nama
terakhir diletakkan di depan, jadi dituliskan sebagai berikut: Hariwibowo,
Riyanto, Rukmanasari. Dwi Anita, Mulyani Sri.
Bila nama diikuti dengan gelar (Raden
Udiyanto, Andi Adam) atau nama panggilan (Like Wilardjo) maka nama diri
dituliskan terlebih dahulu dari gelarnya atau panggilannya (Udiyanto, Raden;
Adam, Andi; Wilardjo, Like).
Namun bila nama tersebut merupakan
gabungan dari gelar, nam dan nama keluarga dilakukan terlebih dahulu (Nasution,
Andi Hakim). Penulisan nama Bali (I Gusti Ngurah Adipa), dimulai dengan nama
diri dan baru disusul unsur nama yang lain (Adipa, I gusti Ngurah). Namun bila
masih ada nama keluarga dibelakangnya (I Wayan Wija Pagehgiri) dituliskan
dengan menempatkan nama keluarga didepan (Pagehgiri, I Wayan Wija).
Bila kepustakaan yang dirujuk tidak
menunjukkan nama penulisnya, dituiskan sebagai pengganti nama kata “anonim”.
Secara umum, cara penulisan informasi
tentang judul kepustakaan, keterangan penerbit, dan waktu penerbitan sama
dengan aturan pada penulisan catatan kaki. Baik pada catatan kaki maupun daftar
kepustakaan, nama judul sumber digarisbawahi atau dimiringkan.
10. Perbedaan penulisan
catatan kaki dan daftar kepustakaan
a. Pada catatan
kaki nama diri ditulis terlebih dahulu (contoh: Budiono Mismail; J.E. Wert;
Bambang Handoyo; dan Stephen Kakisina). Sedangkan pada daftar pustaka, nama
keluarga, marga, ayah, ditulis terlebih dahulu (contoh: Mismail, Budiono; Wert.
J.E.; Handoyo, Bambang dan Kakisina, Stephen).
b. Pada catatan
kaki antar informasi dipisahkan oleh tanda koma (contoh : Sri Harto, Hidrologi
Terapan, Badan Penerbit UGM, Yogyakarta, 1983, hal. 42). Sedangkan pada daftar
kepustakaan dipisahkan oleh tanda titik (contoh: Harto, Sri. Hidrologi Terapan.
Yogyakarta: Badan Penerbit UGM, 1983).
c. Pada daftar
kepustakaan perlu mencantumkan nama penerbitnya, misalnya: Gramedia; Mc. Graw Hill
Company; Badan Penerbit UGM; dll. Sedangkan pada catatan kaki tidak terlalu
diperlukan dan kalau dicantumkan juga tidak salah.
d. Pada daftar
kepustakaan tidak perlu menuliskan halaman tempat dimana kutipan tersebut
diambil, sementara pada kutipan dalam teks atau catatan kaki itu perlu.
e. Urutan penulisan
daftar kepustakaan mempunyai beberapa variasi, misalnya ada yang menempatkan
tahun terbitan setelah nama penerbit, dan beragam variasi lain. Untuk kita
pedomani saja contoh yang ada pada artikel panduan pedoman ini.
Demikianlah sejumlah teknik penulisan karya tulis ilmiah
untuk pegangan dasar dalam memulai pembuatan rancangan penelitian,
pengembangan, evaluasi serta pelaporannya, pembuatan makalah, artikel, naskah
media elektronik, pembuatan buku, modul, diktat, terjemahan, saduran dll.
Semoga Bermanfaat...
Sumber:
Diambil dari Buku Pengembangan Profesional Dan Petunjuk
Penulisan Karya Ilmiah. Terbitan Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. JAKARTA
2001.